Kebudayaan erat hubungannya dengan istilah warisan dari generasi ke generasi. Namun sayangnya, kebudayaan dan kearifan lokal seakan mudah tersalip oleh budaya-budaya baru yang mulai masuk ke Indonesia seiring berkembangnya era globalisasi. Hadirnya Pekan Kebudayaan Nasional mencolek generasi muda sebagai generasi pewaris budaya untuk menggali potensi, melestarikan dan merayakan kearifan lokal bangsa lewat rangkaian perlombaan dan pertunjukan dari masing-masing daerah. Karena sebuah perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil, UKM Paskawijaya, sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang bergerak dibidang kebudayaan Jawa, ikut berkontribusi memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional dengan konsep dan pembawaan Paskawijaya sebagai UKM karawitan. Dan demikian, lahirlah rangkaian kegiatan selama sepekan yang disebut Pekan Kebudayaan dan Kesenian Paskawijaya I 2020, atau disingkat Kudyadani Paskawijaya I.
Kudyadani Paskawijaya I 2020
12 November 2020 - 18 November 2020
"Amurwanisvara"
Timeline
Pendaftaran Lomba
Geguritan, Video Pendek, Parikan dan Poster
Penjurian & Rekap
Geguritan, Video Pendek, Parikan dan Poster
Webinar Kebudayaan
"Melestarikan Kebudayaan Jawa di Masa Pandemi"
Klik gambar untuk menonton
Amarta Binangun
Closing Ceremony &
Pagelaran Wayang Kulit Daring
15 Oktober - 8 November 2020
8 - 14 November 2020
15 November 2020
18 November 2020
12 November 2020
17 November 2020
Opening Ceremony
Bakti Sosial
Tema Besar :
Samaropa
Samaropa memiliki arti pengantar atau permulaan dalam bahasa Jawa Kuno. Tema ini diangkat berdasarkan latar belakang UKM yang mengalami banyak permulaan dan awal baru yang sangat istimewa; sebagai pralambang permulaan bagi perkembangan hal-hal baik yang akan datang.
​
Secara lebih kecil, tema ini juga dilatar belakangi ulang tahun UKM yang sangat istimewa di usia keempat dan diangkatnya status komunitas menjadi UKM bersamaan dengan regenerasi kepengurusan yang tak kalah istimewa; kepengurusan inti dipimpin oleh empat perempuan yang perkasa.
​
​ Dari tema tersebut, ditanamkan dan diangkatlah esensi-esensi kebudayaan Jawa melalui unsur-unsur mikro maupun makro lainnya.
Amurwanisvara
Salah satu esensi yang diwujudkan adalah pemberian judul dengan penerapan nilai lokalitas yang mencerminkan identitas UKM Paskawijaya. Judul acara Kudyadani Paskawijaya I Amurwanisvara yang berasal dari kata “amurwani” yang berarti permulaan dan ditambah “svara” yang berarti suara dalam bahasa Jawa kuno. Judul tersebut mempresentasikan latar belakang, tujuan dan juga harapan UKM atas event ini supaya bisa menjadi gema suara yang menandakan suatu permulaan baik.
Filosofi Logo
Bentuk logo PKN diadaptasi dari bentuk Wayang Gunungan. Penggunaan Wayang Gunungan sebagai bentuk logo dikarenakan fungsi Wayang Gunungan itu sendiri adalah sebagai pembuka dan penutup suatu babak pertunjukan. Hal ini berhubungan
dengan acara KUDYADANI 2020 , dimana acara ini baru pertama kali diadakan pada tahun 2020 ini. Oleh karena itu, Wayang Gunungan diambil sebagai simbolik dari pelaksanaan KUDYADANI untuk yang pertama kalinya. Selain itu, bentuk Wayang Gunungan pada logo PKN juga disimbolikan sebagai bentuk dari “Kebudayaan”.
Hal ini memiliki makna bahwa Kebudayaan sendiri tersusun atas bermacam-macam hal yang bervariasi dan berbeda-beda. Dimana Kebudayaan tersebut tersusun atas unsur-unsur seperti unsur musik (direpresentasikan melalui ilustrasi not balok dan ilustrasi pemukul salah satu instrumen karawitan), unsur pertunjukan (direpresentasikan melalui ilustrasi wayang), dan unsur-unsur lain yang tidak mungkin rasanya jika harus dimuat hanya dalam sebuah logo (direpresentasikan melalui bentuk-bentuk ilustrasi abstrak yang memiliki warna yang berbeda-beda dan memenuhi ruang-ruang kosong pada logo tersebut). Unsur-unsur ini lah yang pada akhirnya akan membentuk/ menciptakan sebuah definisi dari Kebudayaan yang begitu kompleks.
Logo dirancang oleh : Theodorus Albert William H.P (PH Divisi Multimedia dan panitia Divisi Puntamedya)
Konsep pemilihan
Acara Kudyadani Paskawijaya I
Gender
Nilai-nilai dari masing-masing perangkat gamelan dan kesatuan gamelan yang membentuk harmoni itu sendiri.
​
1. Gender : Simbol permulaan kehidupan.
2. Kendang : Sebagai kendali permainan (yang menentukan irama); peringatan agar manusia segera memulai aktivitasnya.
3. Bonang : Setelah memulai sesuatu, manusia harus mengambil segala tindakan dan keputusan dengan penuh kesadaran.
4. Gambang : Manusia sebaiknya harus mengerti apa yang harus dilakukan supaya seimbang dalam kebutuhan lahir dan batinnya.
5. Kempul : Sebaiknya manusia selalu ingat untuk srawung / bercengkrama dengan manusia lain sebagai makhluk sosial dan tidak boleh egois.
6. Saron : Manusia layaknya senantiasa lantang dalam menyuarakan kebenaran.
7. Gong : Peringatan agar manusia selalu mengakhiri segala kegiatannya, segala yang ia mulai dengan sempurna.